Sunday 14 June 2015

BELAJAR BERSAMA

Foto Milik Pribadi
Beberapa waktu lalu Aira lagi hobi-hobinya main game Counter Strike dan Clash of Clans setelah diajari Bapaknya. Sempat bikin kewalahan karena mendadak jadi sulit diajak makan atau pun mandi karena asyik bermain. Setiap diminta mandi atau makan dulu, jawabnya selalu, "Nanti, mah. Lagi main."
 
Awalnya memang saya membiarkan karena saya mengira bahwa itu adalah salah satu cara eksplorasi dirinya. Namun, lama kelamaan saya mulai merasa harus dipertegas agar tidak menjadi habit hingga ia dewasa.
 
Alhasil saya mulai mencari cara memberlakukan aturan jam bermain dengan tegas.
Dan beberapa hari ini kembali lagi dengan pelajaran barunya yang diasyikkan di depan laptop. Tapi, dengan tema berbeda. Eksplorasi software desain.
 
Ya, Aira lagi senang mengeksplorasi Photoshop. Walau si emak agak sulit mengajarkannya karena usianya yang baru menginjak 4tahun, yang tentu saja berbeda cara mengajarnya dengan orang dewasa. Tapi melihat semangatnya, malah membuat si emak jadi 'tersentil'.
Bagaimana tidak, anak kecil memang dikaruniai semangat belajar yang luar biasa. Mereka memiliki rasa ingin tahu yang teramat besar. Aira mungkin belajar pelajaran baru dari mama Bapaknya. Tapi, saya pun belajar darinya tentang arti sebuah semangat dan rasa ingin tahu untuk terus mengupgrade diri menjadi lebih baik.
 
Sebagai orangtua, sudah sewajibnya kita mendidik anak serta membimbingnya menjadi lebih baik dari kedua orangtuanya. Jujur saja, sebagai ibu, saya ingin segala keahlian saya ditularkan padanya agar ia memiliki banyak kemampuan yang diwarisi dari kedua orangtuanya. Tentu saja dengan harapan ilmu-ilmu tersebut nantinya dapat dimanfaatkan dan berguna bagi kehidupannya kelak.   
 
Saya hobi menulis, saya gemar berkreasi dengan barang/benda serta bahan-bahan makanan. Saya juga suka mendesain sesuai background pendidikan saya desain grafis. Dan saya ingin Aira memiliki semua ilmu itu. Sama halnya dengan suami. Ia gemar bermain game, ia suka membuat animasi, ia pernah bercita-cita bekerja sebagai pencipta game. Dan itu sebabnya ayahnya mengajarinya perlahan-lahan.
 
Orangtua biasanya kerap 'mencekoki' beragam ilmu yang dimiliki untuk bisa diserap sebaik mungkin oleh anaknya. Namun, sering saya berfikir, sudah cukupkah usianya? Sudah tepatkah umurnya menerima begitu banyak ilmu yang terbilang berat untuk usianya? Dimana usia 4tahun merupakan usia balita, usia yang sebaiknya memang diperlakukan seperti layaknya anak-anak normal lainnya. Usia yang gemar bermain dan lebih banyak menghabiskan waktu untuk bermain. Itu sebabnya, dewasa ini banyak sekolah atau arena permainan yang diselubungi dengan edukasi agar anak tetap dapat bermain sambil belajar tanpa mereka menyadari bahwa mereka sedang belajar.
 
Memang sebaiknya, baik orangtua maupun anak harus saling belajar. Saling memahami dan mempelajari apa yang menjadi kebutuhannya sesuai dengan usianya. Mari belajar bersama-sama, nak.

No comments:

Post a Comment

BESTIE

Dari sekian banyak teman yang saya miliki, mungkin hanya satu sosok manusia ini nih yang paling nge-klik. Sebab, cuma dia yang berani bicara...