Tuesday 20 August 2013

Doa Cinta sang Pebisnis

Menurut Dedi Yudiant dalam bukunya berjudul "Mabok Bisnis", dikatakan bahwa bisnis seperti kuda liar, begitu sulit dikendalikan dan dibutuhkan teknik khusus dalam mengendalikannya.
Memang benar, dalam berbisnis dibutuhkan 1001 ide agar terus berkembang dan berputar. Bisnis itu seperti tanaman yang akan dipetik dan dinikmati bila sudah berbuah. Namun, butuh berapa lama waktu yang dikeluarkan untuk menanti masa berbuah? Hanya pelakunya lah yang tahu jawabnya kapan saatnya tiba.


Saya sudah menggeluti dunia bisnis grafis sejak 4tahun silam. Masa yang tak terbilang sebentar. Seharusnya, dalam waktu 4tahun sudah mulai terlihat sedikit hasil dari perjuangan. Namun saya tak merasakannya. Seolah bisnis hanya berjalan mengalir mengikuti arus dan detik kehidupan. Tak ada perkembangan meningkat, memuncak seperti apa yang diimpikan saat memulai usaha. Apa impian itu? Saya berharap, suatu kelak usaha saya memiliki kantor sendiri. Memiliki banyak karyawan yang produktif dan energik serta saling membangun menuju tangga kesuksesan.

Saya seolah tak pernah berfikir untuk meraih semua itu dengan sungguh-sungguh. Saya hanya menjalani apa yang menjadi tugas saya tanpa melakukan yang terbaik. Terlebih ketika saya terjun ke dunia usaha yang lain. Usaha itu begitu banyak menyita waktu saya. Keluarga terabaikan. Apa yang menjadi jiwa saya tak tersalurkan dengan baik. Bukan salah usahanya. Tak arif rasanya jika saya menyalahkan suatu pekerjaan. Personalnya-lah yang berperan andil besar dalam kesalahan-kesalahan itu. Dan itu berarti, diri pribadi ini yang patut dipersalahkan atas apa yang terjadi. Saya sadar, manajemen waktu yang buruk, manajemen keuangan yang buruk membuat saya tetap berada dimana saya berdiri. Seharusnya, sudah sejak lama saya melangkah. Dan itu baru saya sadari saat ini. Saat dimana saya seolah tersadar dari mimpi, saat dimana saya terbangun dari tidur dan mendapati diri hanya masih seperti ini.

Bisa dikatakan, saya sedang berada pada satu titik jenuh yang memuncak. Dan ketika saya tersadar, saya harus bangun dari keterpurukan. Saya tak ingin menjual mimpi, saya hanya ingin melakukan yang terbaik dalam hidup saya. Perkataan seorang teman dalam perbincangan beberapa waktu lalu di kediamannya membuat saya seolah tersentak bahwa telah lama saya mengabaikan apa yang menjadi passion saya. Bahwa apa yang saya jalani seolah tanpa berfikir panjang. Terlalu bodoh rasanya jika saya masih terus berkutat dalam kubangan itu. Terlalu tua rasanya jika saya masih menjalani sesuatu tanpa pemikiran ke masa depan. Usia saya tak lagi muda. Seharusnya, kedewasaan sudah muncul sejak bertahun-tahun yang lalu. Namun, tak pernah ada kata terlambat untuk itu.
Kini, saya tahu apa yang harus saya ambil. Apa yang harus saya lakukan. Dan apa yang harus saya yakini. Passion saya sudah ditemukan sejak dulu. Namun saya sempat mengabaikan dan membuatnya seperti puteri tidur. Dan saat ini adalah waktu yang tepat untuk membangunkan si puteri tidur. Dan saya akan terus belajar memaknai hidup dan meraih impian sesuai dengan passion saya. Semoga Dzat yang Maha Kaya, mendengar apa yang menjadi impian saya. Agar semua tak hanya menjadi angan dan mimpi semata. Amin.

BESTIE

Dari sekian banyak teman yang saya miliki, mungkin hanya satu sosok manusia ini nih yang paling nge-klik. Sebab, cuma dia yang berani bicara...