Wednesday 9 January 2013

LEMPAR KELERENG VERSI BULE


Hari itu tanggal 4 Maret 2012, aku mendapat pengalaman baru. Di suatu tempat di Jalan Tohpati 40, Yogyakarta tepatnya di pelataran parkir warung nasi milik Ibu Suparni.
Kala itu segerombolan anak tengah asik bermain lempar kelereng versi baru bersama dengan seorang pria bule keturunan Perancis sebagai yang punya ide atas permainan tersebut.

Mengapa kukatakan lempar kelereng versi baru? Seperti yang sudah diketahui khalayak ramai bahwa permainan lempar kelereng tentu bukanlah hal yang baru dikalangan anak-anak. Yang membedakan yaitu cara atau metode yang mereka mainkan berbeda dari biasanya. Mula-mula pria bule itu menyediakan beberapa buah permen lollipop untuk anak-anak yang memenangkan permainan.


Adapun tata caranya yaitu permen lollipop dipegang tinggi-tinggi dengan satu tangan tegak lurus  oleh sang pria bule, kemudian anak-anak diharuskan berebut melompat menggapai permen tersebut. Siapa anak yang bisa menggapai pertama kali maka dia-lah yang akan diberi kesempatan pertama untuk melempar kelereng. Ketika salah satu anak berhasil menggapai permen lollipop itu, kemudian permen yang diperebutkan tersebut diletakkan di tanah untuk kemudian masing-masing anak bergantian melempar kelereng dan berusaha mengenai permen tersebut. Jarak start tentu saja ditentukan oleh pria bule itu yang berperan pula sebagai hakim garis. Barang siapa yang berhasil mengenai permen lollipop itu dengan kelereng, maka dia yang akan memperoleh permen tersebut. 

Nampaknya, sistem permainan seperti itu lebih menyenangkan untuk anak-anak. Mereka tampak senang, antusiasme tingkat tinggi dan bahagia. Mereka belajar sportif, berusaha keras dan jujur dalam memperoleh sesuatu yang mereka inginkan. Otak mereka pun diajak berperan aktif dalam menentukan titik koordinat yang tepat agar butir-butir kelereng mereka dapat mengenai sasaran. Kesabaran, ketenangan dan kecermatan sangat diperlukan dalam permainan ini. Bila tergesa-gesa, hasilnya pun tidaklah bagus dan bahkan membuat arah kelereng melenceng menjauhi target.

Bila kita cermati, dalam sebuah permainan sederhana sekalipun ternyata memiliki ilmu tersembunyi yang dapat dipetik bila kita mau meluangkan waktu sedikit untuk memaknainya.
Apapun permainannya, baik tradisional maupun modern, cara yang terbaik dan bijak adalah ketika kita mampu menguak pelajaran dibalik permainan tersebut dan memperoleh nilai positif yang terkandung di dalamnya.       

7 comments:

  1. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  2. Saya dulu juga suka main kelereng *eh
    Tapi belum pernah memang yg seperti ini :)

    ReplyDelete
  3. Hehehe... saya pun waktu kecil paling suka main kelereng. Apalagi kalau bisa menang. Wuihh... pulang-pulang bawa sekaleng gundu, rasanya hepi...

    ReplyDelete
  4. Mbak, permennya itu ditaruh di tanah? terus kalau dapet permennya dimakan kah? apa cuma buat seneng saja?

    penasraan, hehe.
    #tri nurhidayati

    ReplyDelete
  5. Iya, mbak Tri... permennya ditaro ditanah. Nggak perlu takut kotor ya, soalnya ada pembungkusnya. Kalau soal dimakan atau tidak, tergantung yang menang. Boleh dimakan, dibagi ke teman, atau disimpan. Atau diapain aja pokoknya terserah pemenang. Permen yang sudah jadi hak milik pemenang, bebas mao diapain.. Hehehe

    ReplyDelete

BESTIE

Dari sekian banyak teman yang saya miliki, mungkin hanya satu sosok manusia ini nih yang paling nge-klik. Sebab, cuma dia yang berani bicara...