Hari
itu tanggal 4 Maret 2012, aku mendapat pengalaman baru. Di suatu tempat di
Jalan Tohpati 40, Yogyakarta tepatnya di pelataran parkir warung nasi milik Ibu
Suparni.
Kala
itu segerombolan anak tengah asik bermain lempar kelereng versi baru bersama
dengan seorang pria bule keturunan Perancis sebagai yang punya ide atas
permainan tersebut.
Mengapa
kukatakan lempar kelereng versi baru? Seperti yang sudah diketahui khalayak
ramai bahwa permainan lempar kelereng tentu bukanlah hal yang baru dikalangan
anak-anak. Yang membedakan yaitu cara atau metode yang mereka mainkan berbeda
dari biasanya. Mula-mula pria bule itu menyediakan beberapa buah permen
lollipop untuk anak-anak yang memenangkan permainan.
Adapun
tata caranya yaitu permen lollipop dipegang tinggi-tinggi dengan satu tangan
tegak lurus oleh sang pria bule,
kemudian anak-anak diharuskan berebut melompat menggapai permen tersebut. Siapa
anak yang bisa menggapai pertama kali maka dia-lah yang akan diberi kesempatan
pertama untuk melempar kelereng. Ketika salah satu anak berhasil menggapai
permen lollipop itu, kemudian permen yang diperebutkan tersebut diletakkan di
tanah untuk kemudian masing-masing anak bergantian melempar kelereng dan
berusaha mengenai permen tersebut. Jarak start tentu saja ditentukan oleh pria
bule itu yang berperan pula sebagai hakim garis. Barang siapa yang berhasil
mengenai permen lollipop itu dengan kelereng, maka dia yang akan memperoleh
permen tersebut.
Nampaknya,
sistem permainan seperti itu lebih menyenangkan untuk anak-anak. Mereka tampak
senang, antusiasme tingkat tinggi dan bahagia. Mereka belajar sportif, berusaha
keras dan jujur dalam memperoleh sesuatu yang mereka inginkan. Otak mereka pun
diajak berperan aktif dalam menentukan titik koordinat yang tepat agar
butir-butir kelereng mereka dapat mengenai sasaran. Kesabaran, ketenangan dan
kecermatan sangat diperlukan dalam permainan ini. Bila tergesa-gesa, hasilnya
pun tidaklah bagus dan bahkan membuat arah kelereng melenceng menjauhi target.
Bila
kita cermati, dalam sebuah permainan sederhana sekalipun ternyata memiliki ilmu
tersembunyi yang dapat dipetik bila kita mau meluangkan waktu sedikit untuk memaknainya.
Apapun
permainannya, baik tradisional maupun modern, cara yang terbaik dan bijak
adalah ketika kita mampu menguak pelajaran dibalik permainan tersebut dan
memperoleh nilai positif yang terkandung di dalamnya.
unik ^_^
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteMakasih mak sayang...
ReplyDeleteSaya dulu juga suka main kelereng *eh
ReplyDeleteTapi belum pernah memang yg seperti ini :)
Hehehe... saya pun waktu kecil paling suka main kelereng. Apalagi kalau bisa menang. Wuihh... pulang-pulang bawa sekaleng gundu, rasanya hepi...
ReplyDeleteMbak, permennya itu ditaruh di tanah? terus kalau dapet permennya dimakan kah? apa cuma buat seneng saja?
ReplyDeletepenasraan, hehe.
#tri nurhidayati
Iya, mbak Tri... permennya ditaro ditanah. Nggak perlu takut kotor ya, soalnya ada pembungkusnya. Kalau soal dimakan atau tidak, tergantung yang menang. Boleh dimakan, dibagi ke teman, atau disimpan. Atau diapain aja pokoknya terserah pemenang. Permen yang sudah jadi hak milik pemenang, bebas mao diapain.. Hehehe
ReplyDelete