Ini artikelku yang dimuat di majalah Potret edisi 62.
Pada
tahun 2008 silam, mungkin dari Anda ada yang sudah pernah menonton salah satu
film karya anak bangsa berjudul ‘Married By Accident’ yang dibintangi oleh
artis cantik Nikita willy dan Marcell Darwin. Sebuah film yang mengisahkan
tentang sepasang kekasih yang melakukan hubungan seks diluar nikah walau saat
itu status mereka masih pelajar. Akhirnya si wanita pun hamil. Hancur sudah
masa depan dan impian karena mereka harus dihadapkan pada kenyataan hidup untuk
mempertanggungjawabkan atas apa yang sudah diperbuat.
Film
ini merupakan potret remaja saat ini, dimana banyak dari generasi muda yang salah
jalan dan sulit mengendalikan nafsu birahi hingga nekat melampaui aturan norma
agama dan norma susila yang berlaku di negeri ini. Mereka tak mengindahkan lagi
adab kesopanan yang selalu dijunjung tinggi oleh bangsa ini. Mereka lupakan
aturan-aturan yang ada, mereka singkirkan rasa malu hanya demi kenikmatan
sesaat. Mereka tidak sadar bahwa akan ada suatu pertanggungjawaban besar yang
siap menanti. Tanggungjawab pada keluarga kedua belah pihak, masyarakat
sekitar, dan terutama tanggungjawab dihadapan Tuhan mereka.
Married by accident
atau hamil diluar nikah seolah sudah menjadi wacana dalam keseharian para
remaja. Ini terbukti bahwa dalam sebuah situs http://www.iposnews.com pada
berita yang diunggah hari Selasa, 14 Agustus 2012 mengatakan bahwa di tahun 2010
20,6% remaja di kota besar seperti Jakarta melakukan hamil dan kelahiran diluar
nikah. Dalam situs tersebut juga dikatakan bahwa badan Survei Kesehatan
Reproduksi Remaja Indonesia (SKRRI) pada tahun 2007 silam menemukan, 1% remaja
wanita dan 6% remaja pria mengaku pernah melakukan seks di luar nikah.
Apa yang salah dari polemik yang sudah berlangsung selama
bertahun-tahun ini? Derasnya arus informasi yang semakin pesat disebut-sebut
sebagai salah satu penyebabnya. Mengapa? Karena informasi yang berkembang
dengan mudah dan cepat tidak diimbangi dengan pengetahuan si anak. Berapa
banyak orangtua yang menganggap pendidikan seks adalah sesuatu yang tabu untuk
diajarkan pada anak-anak mereka. Padahal, ketika anak beranjak remaja, dimana
rasa ingin tahunya semakin bertambah dan disertai meningkatnya hormon dapat
memicu mereka melakukan tindak asusila dengan dalil coba-coba.
Lantas, apa yang sebaiknya dilakukan bagi para orangtua?
Adakah solusi terbaik yang dapat dikerjakan untuk menyelamatkan generasi muda
bangsa? Berikut Lima S anti MBA yang bisa dijadikan referensi.
- Selayaknya anak ditanami pendidikan akhlak sejak dini. Pendidikan yang hanya tak sebatas pengenalan agama, namun juga moral dan pola fikir positif.
- Sejak kecil ajari anak hubungan sebab akibat.
- Selalu pantau dan ikuti selalu perkembangan anak. Lakukan pendekatan yang bijak dengan menjadikan orangtua sebagai tempat berbagi atau sebagai bank solusi bagi mereka.
- Sepakati aturan bersama di dalam rumah, lalu jalankan aturan tersebut untuk mendidik kedisiplinan dan beri ganjaran/hukuman disaat melanggar aturan guna melatih dan mengajarkan anak akan pentingnya rasa tanggungjawab.
- Sediakan waktu khusus untuk keluarga guna mengokohkan ikatan bathin dan rasa kebersamaan agar tercipta keharmonisan keluarga serta beri pendidikan seks yang tepat dan terarah untuk menjawab rasa keingintahuannya akan dunia seks.
No comments:
Post a Comment