Wednesday 24 December 2014

IZINKAN AKU SELINGKUH

#Part 02
 
Sore harinya Dhani benar-benar menjambangi kediamanku. Tepat pukul 16.00, ia tiba di teras rumah. Dari dalam kamar, ku dengar suaranya yang tengah bercakap-cakap ringan dengan bi Sum di serambi rumah. Bergegas ku rapikan dandananku dan ku sisir ulang rambutku yang panjang terurai. Langsung ku hampiri sosoknya di luar. Dhani mengembangkan senyum begitu melihat sosokku yang sudah berada di pintu.
 
"Sudah selesai antar barangnya?" Sahutku sambil mempersilakannya duduk.
Dhani adalah seorang pebisnis elektronik. Bisnisnya sudah dilakoni sejak 10 tahun silam. Tepatnya sejak dibangku kuliah. Walau sudah memiliki banyak karyawan, namun ia tak segan-segan mengantarkan orderan customer bila ada karyawannya yang kewalahan melayani repeat order. Sosoknya yang hangat dan ramah membuat usahanya terus berkembang pesat hingga memiliki cabang di beberapa daerah. Namun ia tak pernah menganggap dirinya sosok yang hebat atau bos. Ia selalu rendah hati dan begitu perhatian pada seluruh karyawannya hingga membuat karyawannya betah bekerja padanya.
 
Selain itu, Dhani adalah sosok yang sangat romantis. Ia sering menghujaniku dengan kejutan-kejutan kecil yang membuatku sulit melupakan semua tentangnya. Ya, Dhani adalah sosok yang dulu pernah singgah dalam kehidupanku. Ia adalah seorang kekasih yang sangat mengerti akan perasaan pasangannya. Sosoknya yang peduli, lemah lembut dan baik membuatku begitu sangat mencintainya. Ia mampu menempatkanku di posisi teratas layaknya ratu. Rasanya tak ada wanita yang tak merasa bahagia diperlakukan seperti itu.
 
Namun itu adalah kisah masa lalu yang harus aku kubur dalam. Aku kini sudah resmi menjadi isteri dari seorang karyawan swasta bernama Elang. Sosok yang memiliki karakter berbeda 180 derajat dari pribadi Dhani. Sosok yang tak pernah aku cintai secara tulus. Sosok yang harus aku hormati dengan paksaan.
 
"Sudah. Kebetulan rumah customerku cuma beda beberapa blok dari sini. Makanya aku sekalian mampir." Sahutnya sambil menghempaskan tubuhnya di kursi rotan beralaskan matras kecil tepat di sampingku.
"Ohiya, ini aku bawakan martabak telur kesukaanmu. Telurnya 4. Spesial gak pakai acar." Serunya sambil menyodorkan kantung plastik putih padaku. Aku tersenyum. Rupanya ia masih sangat hafal dengan makanan kesukaanku. Ketika aku hendak beranjak ke dalam, bi Sum sudah keluar sambil membawakan 2 gelas air mineral dan sebuah mangkuk kecil.
"Ini air putihnya, mas Dhani. Dan ini mangkuk kecilnya." Seru bi Sum sambil meletakkan di atas meja di hadapan kursi rotan yang kami duduki.
"Lho, kok bi Sum tau kalau aku mau ambil mangkuk kecil ke dalam?" Tanyaku pada bi Sum.
Sambil tersenyum bi Sum berujar, "Iya, tadi mas Dhani yang bilang kalau bawa martabak telur kesukaan non Adeena. Dan minta dibawakan mangkuk kecil untuk wadah cukanya. Plus, air mineral karena non Adeena gak suka makan martabak telur kalau tidak ditemani air mineral dingin. Begitu pesannya mas Dhani tadi." Jelas bi Sum padaku.
 
Ah, Dhani. Masih sangat jelas ingatannya tentang kebiasaanku. Bagaimana aku tak tersanjung dibuatnya? Astaghfirullah... aku tetap harus tersadar bahwa aku kini milik oranglain. Dan harus bisa melupakan perasaanku padanya.
 
"Kamu sudah bilang sama Elang 'kan kalau aku main kesini?" Tanya Dhani. Aku kikuk. Martabak telur yang tengah ku gigit nyaris membuatku tersedak.
"Din, kamu gak apa-apa?" Tanyanya lagi sambil menyodorkan minuman padaku.
 
Bersambung
 

No comments:

Post a Comment

BESTIE

Dari sekian banyak teman yang saya miliki, mungkin hanya satu sosok manusia ini nih yang paling nge-klik. Sebab, cuma dia yang berani bicara...