Wednesday 24 December 2014

IZINKAN AKU SELINGKUH

#Part 01

Malam itu, tak seperti malam biasanya. Kami hanya saling membisu tanpa kata. Hening. Hanya terdengar suara jangkrik sesekali yang nyaring dari luar rumah. Bosan rasanya jika harus begini-begini saja. Aku butuh kepuasan. Tak hanya dirimu.
Lama kami larut dalam diam. Dan seolah egois diri memaksa kami untuk tetap bungkam tanpa ada yang mau memulai percakapan. Dan malam itu benar-benar dilewati dengan kebisuan.
...
Esok paginya, seperti pagi-pagi lainnya aku menyiapkan sarapan kesukaan suamiku. Nasi goreng sapi dengan sedikit pedas. Mungkin tingkat kepedasannya hanya level 2. Tak lupa segelas susu hangat dan aku letakkan di meja makan. Pagi itu aku sengaja tak menemaninya sarapan. Aku kembali ke dalam kamar, menarik selimut, dan tidur.

Siangnya aku terbangun. Ku lirik jam beker di meja sisi tempat tidur. 10.47. Oalah... ternyata aku benar-benar tertidur. Aku pun bergegas keluar kamar dan menuju ruang tamu. Sepi. Ku lihat serambi rumah, sudah tak ada motor suami disana. Akupun melangkah ke dapur. Ups, masakan yang aku sajikan tadi pagi ternyata tak tersentuh. Masih utuh dan sudah dingin. Aku hanya bisa menarik nafas sejenak. Berusaha menenangkan diri menahan emosi.

Tiba-tiba telepon genggamku berbunyi dari dalam kamar. Buru-buru ku hampiri dan melihat siapa yang meneleponku. Sebuah nama yang sudah aku kenal lama tertera di layar telepon selular itu. Dhani. Ah, mengapa setiap kali aku gundah dan gelisah sosoknya yang selalu ada? Dengan sedikit malas aku angkat telepon itu.

"Hai, Din. Lagi ngapain? Suamimu sudah berangkat kerja? Aku mau antar barang ke daerah Serpong. Niatnya sih sekalian mampir ke rumahmu. Tapi kalau suamimu ada. Kalau gak ada, aku gak jadi mampir. Takut jadi fitnah." Berondongnya begitu telepon diangkat.
"Gak apa-apa. Kalau mau mampir, mampir saja. Ada bi Sum yang menemaniku. Jadi gak perlu khawatir ada fitnah segala. Nanti aku izin sama suamiku kalau kamu mau datang." Sahutku tanpa semangat.
"Kamu sakit, Din? Kok kayaknya kurang semangat gitu suaranya? Biasanya heboh?" Tanya Dhani diseberang sana.
"Gak apa-apa. Cuma sedikit pusing." Keluhku.
"Sudah dibawa ke dokter? Aku antar ya?"
"Gak usah. Aku gak apa-apa kok."
"Serius?"
"Iya... "
"Ya sudah kamu istirahat saja. Nanti aku mampir kesana untuk mengecek kondisimu. Sudah dulu ya. Assalamualaikum."
"Waalaikumussalam." Ku tutup telepon itu. Aku menarik nafas sejenak. Entah mengapa, terasa ada beban dihati. Tiba-tiba suara bi Sum membuatku sedikit terkejut dan membuyarkan lamunanku.

"Non Adeena, mau bibi masakkan air hangat gak untuk mandi?" Serunya dari depan pintu kamar. Aku menoleh dan menggeleng kuat.
"Gak usah, bi Sum. Sudah siang kok. Bi Sum nyetrika saja. Jangan lupa isi perut bibi dulu. Biar gak sakit." Ujarku dan berlalu dari hadapannya menuju kamar mandi yang terletak disudut ruang kamar.

Bersambung

No comments:

Post a Comment

BESTIE

Dari sekian banyak teman yang saya miliki, mungkin hanya satu sosok manusia ini nih yang paling nge-klik. Sebab, cuma dia yang berani bicara...