Friday 30 November 2012

AIRA, SI PUTERI BERUNTUNG

Memiliki buah hati, tentu menjadi idaman semua pasutri. Kurang lengkap rasanya jika rumah belum dihiasi tawa si kecil. Ibarat makan pempek tanpa cuka. Hehehe... Tentu tahu dong cuka pempek? Bagaimana rasanya? Bisa dibilang nano-nano, berjuta rasanya deh. Ada manis, asam, pedas, gurih, nikmat, semua lengkap dikombinasikan dalam satu irama rasa. 

Setelah menunggu kasih sayang Allah untuk mempercayai kami menjadi orangtua, akhirnya tepat 18 Agustus 2010, aku dinyatakan positif. Senang rasanya saat mengetahui statusku akan berganti. Sebuah fase peralihan yang tentunya dinanti-nanti oleh pasangan yang sudah menikah. 

Walau akhirnya aku harus resign dari pekerjaanku sebagai desainer grafis, akibat mual yang teramat parah. Bahkan, aku diharuskan bed rest dalam waktu lama karena kandunganku yang lemah. Namun aku begitu menikmati masa-masa kehamilan ini. Saat itu, tak pernah terbayang olehku bahwa suami mendadak berubah menjadi sosok yang begitu romantis dan sangat perhatian. Walau terkadang keras mengomeli aku yang agak susah disuruh minum susu hamil dan vitamin. Hehehe, kalau suami tidak keras memarahi, nampaknya anakku takkan sepintar saat ini. 

Menanti berbulan-bulan, akhirnya buah hati kami pun lahir. Tepat 22 April 2011 pukul 04.00 dini suara tangis si kecil pecah memenuhi ruang bersalin.  Dan beberapa detik kemudian berkumandanglah adzan subuh. MasyaAllah, Maha Suci Tuhan yang telah menghadirkan Ia di tengah-tengah kami. Kelahirannya langsung disambut oleh suara merdu adzan. 





Foto dokumen pribadi saat Aira baru lahir


AIRA CIERA PASA, ya begitulah kami memilih nama untuknya. Sebuah kombinasi nama yang berasal dari bahasa Arab, Amerika dan Jawa. 

Aira, dalam bahasa Arab memiliki arti berhasil dengan baik, cerdas, dan beruntung.
Ciera, dalam bahasa Amerika, USA berarti bidadari.
Pasa, dalam bahasa Jawa memiliki arti puasa, maksudnya ialah agar anak kami selalu tawadhu seperti makna puasa sesungguhnya. Puasa bagi kami mempunyai makna yang sangat religius, mendalam dan baik. Puasa mengajarkan rendah hati, menahan diri dari nafsu dunia, pendekatan dalam menyentuh hati Tuhan, serta mendidik kepekaan akan lingkungan sosialnya. 



 Aira saat berusia 8 bulan


Itulah sebabnya, nama indah itu yang terpilih untuk sosok bidadari kecil kami. Sebuah nama atas seleksi ketat dari banyak daftar nama yang terkonsep dalam buku catatan kami. Sebuah nama yang membutuhkan waktu tak sedikit untuk memutuskannya. Sebuah nama yang juga turut melibatkan keinginan si kecil saat ia masih di dalam kandungan. Sebab, saat janinku berusia 7 bulan, aku sebutkan daftar nama yang sudah kami rancang. Deretan nama aku sebut satu persatu. Dan ia merespon dengan menendang kencang perutku ketika nama AIRA CIERA PASA disebutkan. Kejadian itu tak hanya terjadi sekali, namun terus berulang-ulang. Berbeda ketika nama lain yang disebut, janinku diam tak bergeming.

Ternyata, nama memang adalah doa. Nama mengandung sebentuk harapan dan impian dari si pemberi nama. Suatu keindahan tersendiri saat melihat tumbuh kembangnya yang sempurna dan semestinya. Dan kebahagiaan luar biasa ketika melihat wajahnya beberapa kali muncul menghiasi tabloid.*  



Aira di Tabloid Mom&Kiddie Edisi 1 Tahun VII 



Aira di Nakita Edisi 708

Wednesday 28 November 2012

MENYELAMI BUAH PARE


Hayoo... siapa yang ngga suka makan pare? Semua sepertinya kompak dan sepakat bahwa buah/sayuran yang satu ini pahit rasanya. Iya 'kan? Tapi tahu ngga sih kalau pare memiliki banyak manfaat? Simak lebih lanjut yuk...





Pare adalah sejenis tanaman merambat yang berasal dari daerah Asia tropis terutama Burma. Bentuknya  bergerigi pada badan, panjang dan runcing dibagian ujung serta tumbuh  rambatnya seperti sulur spiral. 
Jenis pare berbeda-beda, ada pare gajih, pare hijau, dan pare ular/belut. 

Dibalik rasanya yang pahit, dan berbau tak enak ini ternyata pare memiliki banyak manfaat. 
  • Pare mengandung Albiminoid, karbohidrat, minyak lemak, asam dammar, protein, besi, kalsium, fosfor, vitamin A, B1 dan C yang bermanfaat untuk menjaga kecantikan kulit. Buah ini mampu menjaga kerusakan kulit yang diakibatkan oleh sengatan utra violet sehingga dapat mencegah munculnya noda hitam dan kerutan pada wajah.
  • Pare dapat menjadi penangkal sel kanker karena buah ini mengandung zat lesichin yang dapat meningkatkan kekebalan untuk menangkal perkembangan sel kanker.
  • Serat pare baik untuk menjaga kesehatan pencernaan.
  • Berguna sebagai perangsang produksi insulin, penyeimbang tekanan darah dan kadar gula darah, perangsang nafsu makan dan pembasmi cacing usus.
  • Pare yang masih muda bisa digunakan sebagai obat diabetes, obat malaria, penyakit kuning dan bronkhitis.
Pare juga dapat diolah menjadi menu masakan yang lezat lho. Intip yuk resep yang berikut!



Image Dokumen Pribadi


TUMIS PARE ATI AMPELA
(Resep Milik Pribadi)

Bahan-bahan :

1 buah pare besar dan panjang
4 buah tomat ceri hijau
4 buah cabai merah
2 buah ati ampela
Minyak secukupnya untuk menumis
Bawang merah, bawang putih dan kemiri yang sudah dihaluskan
Garam dan gula secukupnya

Cara membuat :
  • Cuci semua bahan, Chop/rajang halus pare, cuci dan remas-remas dengan garam secukupnya. Diamkan sesaat kemudian cuci bersih. 
  • Potong tomat ceri menjadi 8 bagian.
  • Rajang cabai sesuai selera.
  • Potong dadu ati ampela. 
Cara memasak :
  • Panaskan minyak untuk menumis, masukkan bumbu halus, sangrai sebentar, lalu masukkan cabai dan tomat. Masak sebentar.
  • Masukkan ati ampela, tumis hingga setengah matang atau terlihat kecoklatan.
  • Masukkan pare, tumis sebentar. Jangan lupa tambahkan gula dan garam secukupnya. Tumis hingga layu dan matang. 
  • Tumis pare siap dihidangkan. Lebih nikmat jika disajikan dengan kerupuk palembang.    


TUMIS PARE CERIA
(Resep Milik Pribadi)



Image Dokumen Pribadi

Bahan-bahan : 
1 pc Paria, rajang halus
5 pcs nugget ayam, potong dadu
1 papan petai
5 pcs cabai merah, rajang sesuai selera
Minyak untuk menumis
Gula putih
Garam

Bumbu halus :
Cabai, bawang marah, bawang putih, kemiri
atau bisa juga mengganti bumbu halus dengan royco kemasan all in one

Cara membuat :
Panaskan minyak, tumis bumbu halus hingga harum.
Masukkan irisan cabai, petai dan nugget yang telah dirajang. Masak hingga layu.
Masukkan paria, masak hingga matang.
Catatan : Gula putih dapat diganti dengan gula merah atau sari kurma.

Nah, setelah mengetahui manfaatnya, masih ngga tertarik untuk mengkonsumsi?! 

Referensi :


Tuesday 27 November 2012

BELAJAR MASAK




Kisah Aira yang dimuat di Mom&Kiddie edisi I tahun VII



Ini dia kisah yang dimuat,

Sebagai fulltime mom, tentu saja aku memiliki banyak waktu untuk mengurus urusan rumah tangga. Salah satunya, memasak untuk anak dan suami. Biasanya, tiap kali aku hendak mulai memasak, Aira selalu menemani dan mengamati, mulai dari menyiapkan bumbu-bumbu sampai masakan jadi dan siap untuk disantap. 

Terkadang, puteriku itu nimbrung ingin coba ini itu dan ikut-ikutan melakukan apa yang aku kerjakan. Alhasil, bukannya pekerjaan rumahku cepat selesai malah semakin molor waktunya. Selain itu, namanya anak kecil, rasa ingin tahunya luar biasa besar. Itu sebabnya, aku lebih sering membebaskan Aira bereksplorasi selama hal tersebut tidak mengancam keselamatan atau membahayakan dirinya. 




Contohnya ya seperti sekarang ini, nih. Bumbu-bumbu dapur yang baru saja aku siapkan untuk dihaluskan, langsung ia serobot lalu menirukan gayaku saat mengulek bumbu. Alamak! Geleng-geleng kepala aku dibuatnya. Aku hanya bisa bergumam dalam hati, mungkin nalurinya sebagai perempuan sudah terasah, hehehe... 

Ah, Aira, Aira... Berkat kamu, Nak, dunia Mama menjadi lebih ceria. * 


TEPUK TANGAN SUKSES




Aku dan Aira saat nongol di tabloid Nakita Edisi N0. 708 lalu


Simak kisahnya yuk!

"Di usianya yang menginjak 1 tahun 4 bulan, Aira sudah bisa memakai sepatu sendiri. Tapi masih sesuka hati. Kadang benar, tak jarang pula salah pasang. Sepatu yang harusnya di kaki kiri malah dipakai untuk kaki kanan. Yang selalu dilakukan saat sukses memakai sepatu, baik dengan benar maupun salah, Ia langsung bertepuk tangan bangga. Kemudian bangkit dari duduknya dan mulai meliuk-liukkan tubuhnya dengan genit tanda keberhasilan dan kemenangan. Alamak! Aya... Aya! Siapa yang ngajarin, ya?"


                                                Hadiah dari Nakita untuk cerita yang dimuat

KUNCIR RAMBUT


Untuk para bunda yang senang mengirimkan cerita-cerita si buah hati, kalau ditolak ataupun tidak ada respon dari redaksi yang dikirim, jangan berkecil hati. Ambil kembali naskah itu, lalu kirimkan ke media lain. Belum tentu ditolak lho. Ini buktinya! Kisah Aira kali ini sempat ditolak oleh media tertentu, tapi ketika aku kirim ke media ini, malah dimuat. So, kalau punya naskah sekecil apapun itu, jangan dibuang ya. Siapa tau kelak terpakai lho... 



(Saat Aira nampang di Mom&Kiddie di rubrik Babystories edisi 6 tahun VII)


Ini dia kisah yang dimuat itu, silakan disimak ya...

Sudah rahasia umum, kebanyakan ibu yang memiliki anak perempuan suka mendandani puteri kecilnya. Apalagi kalau si kecil yang tampil cantik itu dipuji orang. Wah, senangnya ­selangit. Aku pun begitu. Tangan ini selalu gatal bila ­melihat karet rambut, jepit , bando, dan aksesoris lainnya, ingin rasanya segera menyulap rambut Aira agar semakin indah.
Namun bagi puteriku, ikat rambut bagai musuh bebuyutan yang harus dijauhi. Saat aku mulai menyisir rambutnya, ia masih diam saja. Tapi begitu ia melihat ikat rambut, langsung kaki mungilnya berancang-ancang untuk kabur. Kalaupun aku sukses menguncir rambutnya, itu tandanya aku sudah berhasil melewati hujanan teriakan maut, cakaran tangan, serta hentakan kaki Aira. 
Ah, entahlah. Aku tak habis fikir, mengapa puteri kecilku itu begitu alergi terhadap ikat rambut. Apa yang membuatnya begitu, ya? Materialnya alias bahannya? Bentuknya? Rasa risih dikepala? Atau cara aku mengikat rambutnya? Masa sih kurang lembut? Kayaknya aku melakukannya dengan ­perlahan kok! Hmmpff, yang jelas Aira langsung lari terbirit-birit bila ­disodorkan kuncir rambut. Jangan-jangan ia phobia? Ah, semoga tidak! Duh, bagaimana mau tampil cantik bila susah didandani begitu? *  

BANGGA MENJADI MOMPRENEUR



Ini salah satu naskahku yang dimuat di majalah Potret Edisi 61 lalu


Ketika sebagian orang bangga akan jabatannya di kantor yang sukses sebagai wanita karier, dan sebagian lainnya merasa kecil saat dirinya hanya sebagai seorang Ibu rumah tangga, Aku adalah salah satu yang merasa bangga dengan posisiku saat ini. Sebagai seorang Ibu rumah tangga yang selalu berkutat dengan pekerjaan rumah yang hampir selalu sama dan itu-itu saja, mungkin menjadi hal yang membosankan. Tak bisa ku pungkiri, terkadang rasa itu menyergap hadir. Namun disitulah indahnya. Kita seperti di trainning untuk mampu keluar dari rasa jemu tersebut.

Bagi sebagian orang, menjadi Ibu rumah tangga adalah pilihan terakhir yang ditempuh ketika pilihan-pilihan lain dirasa sudah tak mampu lagi dijalani. Baik itu karena sudah uzur, dikeluarkan dari pekerjaan dan sulit mendapatkannya kembali, ataupun tak sanggup lagi membayar baby sitter maupun pembantu. Pun ada kalanya pilihan sebagai seorang Ibu rumah tangga, menghadirkan sedikit hinaan yang bersumber dari khalayak di sekitar lingkungan. Seolah Ibu rumah tangga benar-benar diremehkan dan dianggap sebagai sebuah profesi yang paling rendah bagi wanita.

Awalnya, selayaknya kebanyakan perempuan lain, sukses sebagai wanita karier adalah impianku. Bangga rasanya ketika pekerjaan berjalan lancar dan karier semakin meroket naik. Bangga rasanya ketika salary yang diterima sesuai dengan harapan dan kerja keras. Pun bangga rasanya saat orangtua dan keluarga turut merasakan kesuksesan tersebut. Terlebih kala jabatan tersebut membuat diri disegani dan dihormati oranglain. Kala itu, impianku terlalu jauh kedepan. Aku ingin menjadi wanita sukses dengan segudang ilmu dan kreatifitas tanpa batas. Aku ingin memiliki sesuatu dari jerih payahku sendiri. Dan yang paling penting, Aku ingin dianggap sebagai wanita tangguh dan hebat atas karier yang gemilang.

Namun, semua impian tak berjalan lancar. Ketika menikah dan hamil, Aku harus memutuskan resign dari pekerjaan karena saat itu Aku dihadapkan pada dua pilihan antara pekerjaan, atau janin yang tengah dikandung dimana saat itu sang janin terlalu lemah. Maka, atas kesepakatan bersama suami, Akupun resign demi keselamatan sang janin. Awalnya belum terbiasa menjalani hari-hari dan berubah status menjadi Ibu rumah tangga. Semua harus dijalani dengan terus belajar dan belajar dan bersabar.    
  
Lambat laun seiring berjalannya waktu, Aku memutuskan untuk beralih sebagai Mompreneur. Hingga kini, sudah lebih dari dua tahun Aku menekuni dunia bisnis sekaligus merangkap menjadi seorang Ibu rumah tangga. Semua kujalani dengan tujuan tertentu, yakni buah hatiku. Aku ingin membahagiakan dan selalu melihatnya bahagia. Mulai dari freelancer disain grafis, berjualan pernak-pernik flanel, fashion, hingga kuliner. Bahkan, Aku mulai merambah dan mencoba peruntungan di dunia penulisan. Bagi kebanyakan orang, mungkin dimata mereka Aku seperti kemaruk (serakah) karena mengambil lahan bisnis lebih dari satu. Aku tak ambil pusing. Bagiku, asal berpeluang menghasilkan materi, kenapa tidak? Semua Aku jalani dengan senang hati. Terbayang rasanya saat mendulang sukses menghasilkan pundi-pundi dari salah satu bisnis yang dijalankan.


Salah satu project tabloidku 

Sebagai pekerja freelancer disain grafis, project yang diperoleh setiap bulan tak bisa ditentukan. Terkadang banyak bahkan hingga overload, namun adakalanya tak ada pemasukan sama sekali di setiap bulannya. Alasanku memilih pekerjaan ini pun karena latar belakang pendidikan yang ku kenyam di bangku kuliah dulu. Walau sebagai Ibu rumah tangga, Aku tetap harus menggunakan ilmuku agar tak tergilas oleh zaman yang semakin canggih. Bukan berarti ketika seorang wanita memilih menjadi Ibu rumah tangga maka Ia berhenti pula menambah pengetahuannya akan berbagai ilmu. Jika semua wanita memiliki pola fikir seperti itu, alangkah kasihan generasi muda selanjutnya yang memperoleh ilmu dan wawasan hanya dari lokasi pendidikan. Padahal, sekolah pertama bagi anak adalah lingkungan keluarga.

Sementara untuk flanel, fashion dan kuliner, Aku tekuni atas dasar kecintaanku akan bisnis tersebut. Selain itu, bisnis ini difungsikan sebagai penambal income lain di saat project disain sedang sepi.
Semua bidang usaha yang Aku tekuni tidaklah membutuhkan modal yang besar. Untuk disain grafis, Aku hanya menggunakan keahlianku. Berhubung semua fasilitas yang dibutuhkan sudah tersedia seperti notebook, internet, telepon genggam, dan jaringan bisnis antara klien maupun percetakan, maka Aku hanya tinggal memanfaatkannya saja. Ketiga komponen tersebut bisa dibilang penting dan cukup untuk mengawali karier ini.

Sama halnya dengan bisnis yang lain seperti flanel, fashion dan kuliner. Modal yang Aku keluarkan kurang dari 300 ribu rupiah. Alasannya karena Aku belum berani mengeluarkan banyak modal tanpa tahu peluang kedepan dalam bisnis tersebut. Setidaknya hal ini untuk meminimalisir jika terjadi kerugian yang di alami dikemudian hari.





Aku dan si Kecil Aira



Ada dua alasan mengapa Aku menggeluti bisnis dan menjadi Mompreneur. Dua hal tersebut yakni, untuk kesejahteraan buah hatiku dimasa yang akan datang agar Aku selalu ada disisinya setiap waktu. Anak adalah sumber motivasi bisnisku. Keinginan untuk memberikan pendidikan dan penghidupan yang layak untuk si kecil, juga agar selalu dapat meluangkan waktu yang berkualitas serta selalu ada untuknya adalah alasan kuat untuk terjun di dunia  bisnis ini dan terus berusaha dengan serius.

Selain itu, alasan yang membuatku berbisnis ialah sebagai variasi hidup.  Setidaknya dengan berbisnis mampu mewarnai hari-hariku akan rutinitas pekerjaan rumah yang terkadang membuat penat agar menjadi lebih bervariasi, indah seperti pelangi dan berilmu. Dengan ini Aku nyatakan bahwa Aku bangga menjadi Mompreneur.  *


Monday 26 November 2012

WANITA HARUS KREATIF (Season 001)

Walau sudah emak-emak, eksis dan narsis itu harus lho. Ngga jamannya lagi emak-emak hanya berkutat seputar urusan dapur dan bebenah. Hayoo, yang merasa emak narsis, yang tetep pengen smar dan kreatif, jangan lupa gabung di komunitas IIDN (Ibu-ibu Doyan Nulis) dan KEB (Kumpulan Emak-emak Blogger) yuukk...




Di komunitas ini tak hanya sekedar komunitas, pun tak hanya menawarkan kumpul-kumpul alias kopdar layaknya ibu-ibu arisan semata, tapi juga tempatnya berbagi ilmu, pengalaman, dan kreatifitas. Dan juga hubungan kekeluargaan antar anggota yang saling menjaga, melengkapi, menghargai, dan menyemangati.



SEMINAR KESEHATAN DI JAKARTA EYE CENTER (JEC) KEDOYA



Seminar umum kesehatan bertajuk "Deteksi Kelainan Mata pada Anak"  yang berlokasi di auditorium JEC Kedoya lantai 9, hari Sabtu kemarin tanggal 24 November 2012, berlangsung dengan lancar. Event yang dilangsungkan secara live oleh Radio Sonora ini diikuti oleh peserta yang tak hanya dari kalangan wanita, namun juga pria yang peduli akan kesehatan mata buah hatinya. Dalam seminar umum ini membahas seputar macam-macam kelainan mata pada anak, mulai dari kelainan refraksi Miopa (Rabun jauh/minus), kelainan refraksi Hipermetropia (Rabun dekat/plus jauh), Astigmatisma (Silinder), juling (Strabismus), Ambliopia (mata malas), Katarak Kongenital (Lensa keruh bawaan), Glaukoma Kongenital (Tekanan bola mata tinggi bawaan), Ptosis Kongenital (Kelopak mata turun bawaan), saluran airmata tersumbat, infeksi mata, kelainan mata bayi prematur, sampai tumor mata. Acara yang digelar pukul 11.00-13.00 WIB ini dipenuhi dengan doorprize berupa 5 buah voucher konsultasi mata anak sebesar @ IDR 500.000 yang berlaku hingga akhir Desember 2012, doorprize beragam isi untuk para penanya, dan goodybag menarik bagi semua peserta seminar. 




Kami bertiga (aku, Sakura, dan Eva) perwakilan dari IIDN (Ibu-ibu Doyan Nulis) agak terlambat datang. Begitu tiba, acara sudah dimulai beberapa saat. Tak apalah. Toh kami masih bisa menikmati materi diskusi hingga selesai. Sayangnya, sesi tanya jawab hanya terbagi 3 sesi dengan masing-masing sesi 3 penanya. Padahal hampir semua peserta mengangkat tangan untuk bertanya. Waktu yang disediakan panitia memang terbilang sebentar yaitu 2 jam. Rasanya kami baru duduk sesaat, tiba-tiba acara sudah selesai. Belum kenyang rasanya menikmati materi yang disajikan. Sst, sekedar info. Neng Sakura Hinata dapat doorprize bingkisan menarik lho dari sesi tanya jawab.




Selepas acara, kami bersantai sejenak menikmati hidangan snack yang disuguhkan panitia secara prasmanan dengan ditemani secangkir kopi hangat full creamer. Setelah itu sebelum pulang, tak lupa berfoto-foto dahulu di lobi dan depan gedung untuk sekedar dokumentasi komunitas. Aku pun pamit pulang lebih dahulu karena suami sudah menunggu. Sementara Sakura pun harus masuk kerja. Arah tujuan kami bertiga berbeda-beda. Aku menuju Palmerah, Sakura ke Ciledug, dan Eva pulang ke Bekasi. Walau cuma bertiga, tak menyurutkan niat kami untuk meraup ilmu yang terbilang baru. Hayo, yang lain pada kemana ya? Sayang lho... goodybagnya keren-keren isinya. Ngga percaya? Lihat sendiri nih. Masing-masing peserta dapat 2 tas goodybag. Isinya ada Majalah Sekar, majalah Chip, majalah Kawanku, tabloid Gaya hidup sehat, tempat tisu, slayer korean style serta tentu saja makalah pendukung materi dan pena. Seru 'kan isinya?!*   
  

         

Friday 23 November 2012

WANITA SUPER KREATIF DALAM HIDUPKU SEASON 001


Bagiku, Mama adalah seorang wanita tangguh yang hebat dan unik. Tuhan menciptakan Beliau tak hanya pandai mengurus rumah dan anak-anaknya, namun juga pandai menciptakan bahasanya sendiri. Bahkan saking kreatifnya, membuat kebanyakan orang sulit mengartikan ucapannya.
Suatu sore, saat Aku dan beberapa orang tetangga termasuk Mama sedang duduk-duduk santai sambil menjaga anak-anak yang tengah asik bermain, tiba-tiba saja ada satu anak jongkok di dekat sebuah parit yang tak jauh letaknya di hadapan kami duduk. Dasar Mamaku, Beliau senang sekali memperhatikan gerak-gerik setiap anak yang sedang bermain tersebut. Tiba-tiba Mamaku spontan menjerit hingga membuat kami semua terperanjat kaget dan menoleh kearah Mama.
“Kenapa, Bu? “, Tanya salah seorang tetangga.
Kemudian, Mama menunjuk kearah seorang bocah laki-laki yang sedang jongkok di dekat parit. Kami semua pun mengalihkan pandangan ke sumber yang ditunjuk. Aku berfikir sejenak, “Apa yang aneh dari anak itu? Rasanya tidak ada sesuatu yang salah?” Bathinku. Aku perhatikan baik-baik bocah laki-laki itu dari caranya jongkok, cara berpakaiannya, hingga anggota tubuhnya. Aku masih mengernyitkan dahi.
Lalu, tiba-tiba saja Mama angkat bicara, “Itu lho, si Putra. Dia ee di situ, terus ee-nya dicolek dan dimakan! Ee- nya Cuma sepringkel-sepringkel!” Spontan kami tertawa. Bukan menertawakan akttifitas yang dilakukan oleh bocah bernama Putra tersebut, namun menertawakan bahasa Mama berdasarkan kamus bahasanya sendiri.
Lain waktu saat keluarga kami halal bilhalal di tempat Mang Cucu (Mang/Mamang=panggilan Om dalam bahasa Sunda), salah satu saudara sepupu Mama di daerah Tangerang. Beliau yang notabene adalah seorang hartawan tentunya tak heran jika memiliki pembantu lebih dari enam orang. Saat itu, Aku sempat kelimpungan mencari Mama yang menghilang dan tidak ada di tempat para saudara berkumpul. Setelah mencari kesana kemari, Aku dapati Mama yang terlihat asik ketawa-ketiwi di dapur dengan para pembantu Mang Cucu disaat saudara-saudara yang lain lebih memilih berkumpul di gazebo sambil menyantap hidangan yang disajikan si Tuan rumah secara prasmanan.
“Mama ngapain disini? Bukannya ngumpul di gazebo? Yang lain lagi pada asik makan kambing guling tuh!” Tuturku pada Mama.
“Mama lagi bantuin Bibi-bibi disini!” Ujar Mama polos.
Aku sedikit heran, buat apa Mama bantu mereka? Toh semua pekerjaan sudah dilakukan oleh para pembantu sesuai tugas masing-masing. Ada yang ditugaskan khusus memasak, ada yang hanya merapikan dan membersihkan rumah, ada yang tugasnya mencuci dan menyeterika, dan ada juga yang hanya ditugasi menjaga dan mengasuh serta mendidik anak. Lalu, untuk apa Mama susah-susah membantu mereka? Toh mereka sudah digaji untuk itu. 
“Bi Isnah ini yang tugasnya beres-beres rumah, lalu ini Bi Wati yang ngurusin anak-anaknya Mamang. “ Kata Mama sambil memperkenalkan mereka padaku.
“Ada juga yang khusus mencuci dan menyeterika saja.” Seru Mama lagi.
“Lalu, Mama bantu apa disini? “ Sambarku.
“Mama bantuin ngobrol!” Celetuk Mama ringan. Alamak, ada-ada saja Emakku yang satu ini. Aku kira Mama memang benar-benar membantu pekerjaan para bibi itu. Hehehe...         

BESTIE

Dari sekian banyak teman yang saya miliki, mungkin hanya satu sosok manusia ini nih yang paling nge-klik. Sebab, cuma dia yang berani bicara...