Bagiku,
Mama adalah seorang wanita tangguh yang hebat dan unik. Tuhan menciptakan
Beliau tak hanya pandai mengurus rumah dan anak-anaknya, namun juga pandai
menciptakan bahasanya sendiri. Bahkan saking kreatifnya, membuat kebanyakan
orang sulit mengartikan ucapannya.
Suatu
sore, saat Aku dan beberapa orang tetangga termasuk Mama sedang duduk-duduk
santai sambil menjaga anak-anak yang tengah asik bermain, tiba-tiba saja ada
satu anak jongkok di dekat sebuah parit yang tak jauh letaknya di hadapan kami
duduk. Dasar Mamaku, Beliau senang sekali memperhatikan gerak-gerik setiap anak
yang sedang bermain tersebut. Tiba-tiba Mamaku spontan menjerit hingga membuat
kami semua terperanjat kaget dan menoleh kearah Mama.
“Kenapa,
Bu? “, Tanya salah seorang tetangga.
Kemudian,
Mama menunjuk kearah seorang bocah laki-laki yang sedang jongkok di dekat
parit. Kami semua pun mengalihkan pandangan ke sumber yang ditunjuk. Aku
berfikir sejenak, “Apa yang aneh dari anak itu? Rasanya tidak ada sesuatu yang
salah?” Bathinku. Aku perhatikan baik-baik bocah laki-laki itu dari caranya
jongkok, cara berpakaiannya, hingga anggota tubuhnya. Aku masih mengernyitkan
dahi.
Lalu,
tiba-tiba saja Mama angkat bicara, “Itu lho, si Putra. Dia ee di situ, terus ee-nya
dicolek dan dimakan! Ee- nya Cuma sepringkel-sepringkel!”
Spontan kami tertawa. Bukan menertawakan akttifitas yang dilakukan oleh bocah
bernama Putra tersebut, namun menertawakan bahasa Mama berdasarkan kamus bahasanya
sendiri.
Lain
waktu saat keluarga kami halal bilhalal di tempat Mang Cucu (Mang/Mamang=panggilan Om dalam bahasa Sunda), salah satu
saudara sepupu Mama di daerah Tangerang. Beliau yang notabene adalah seorang
hartawan tentunya tak heran jika memiliki pembantu lebih dari enam orang. Saat
itu, Aku sempat kelimpungan mencari Mama yang menghilang dan tidak ada di
tempat para saudara berkumpul. Setelah mencari kesana kemari, Aku dapati Mama
yang terlihat asik ketawa-ketiwi di dapur dengan para pembantu Mang Cucu disaat
saudara-saudara yang lain lebih memilih berkumpul di gazebo sambil menyantap hidangan yang disajikan si Tuan rumah secara
prasmanan.
“Mama
ngapain disini? Bukannya ngumpul di gazebo? Yang lain lagi pada asik makan
kambing guling tuh!” Tuturku pada Mama.
“Mama
lagi bantuin Bibi-bibi disini!” Ujar
Mama polos.
Aku
sedikit heran, buat apa Mama bantu mereka? Toh semua pekerjaan sudah dilakukan
oleh para pembantu sesuai tugas masing-masing. Ada yang ditugaskan khusus
memasak, ada yang hanya merapikan dan membersihkan rumah, ada yang tugasnya
mencuci dan menyeterika, dan ada juga yang hanya ditugasi menjaga dan mengasuh
serta mendidik anak. Lalu, untuk apa Mama susah-susah membantu mereka? Toh
mereka sudah digaji untuk itu.
“Bi
Isnah ini yang tugasnya beres-beres rumah, lalu ini Bi Wati yang ngurusin
anak-anaknya Mamang. “ Kata Mama sambil memperkenalkan mereka padaku.
“Ada
juga yang khusus mencuci dan menyeterika saja.” Seru Mama lagi.
“Lalu,
Mama bantu apa disini? “ Sambarku.
“Mama
bantuin ngobrol!” Celetuk Mama ringan. Alamak, ada-ada saja Emakku yang satu ini. Aku kira Mama
memang benar-benar membantu pekerjaan para bibi
itu. Hehehe...
No comments:
Post a Comment