Salah satu buku antologi saya dengan teman-teman seperjuangan |
Teman : "Bangga gak sih mbak jadi penulis?"
Saya : "Kalau lihat tulisan berhasil dimuat di tabloid, majalah, di web berbayar atau bahkan dibukukan, pasti ada perasaan bangga. Tapi masih belum bisa dibanggakan karena jumlah tulisan yang masih sedikit. Belum ada apa-apanya. Masih harus terus belajar."
Teman : "Susah dong kalo ngarang?"
Saya : " Wah, belum baca Storycake ya? Hehehehe... "
Teman : " Novel gitu 'kan?"
Saya : "Bukan sodara-sodara. Storycake itu kumpulan kisah inspiratif yang di dalamnya berisi kisah nyata puluhan penulis yang ditulis sesuai tema. Kisah nyata lho ya, bukan karangan. Gak pakai daya khayal tingkat dewa dll. "
Saya : "Kalau lihat tulisan berhasil dimuat di tabloid, majalah, di web berbayar atau bahkan dibukukan, pasti ada perasaan bangga. Tapi masih belum bisa dibanggakan karena jumlah tulisan yang masih sedikit. Belum ada apa-apanya. Masih harus terus belajar."
Teman : "Susah dong kalo ngarang?"
Saya : " Wah, belum baca Storycake ya? Hehehehe... "
Teman : " Novel gitu 'kan?"
Saya : "Bukan sodara-sodara. Storycake itu kumpulan kisah inspiratif yang di dalamnya berisi kisah nyata puluhan penulis yang ditulis sesuai tema. Kisah nyata lho ya, bukan karangan. Gak pakai daya khayal tingkat dewa dll. "
Jujur saja, saya sendiri susah kalau bikin novel atau cerpen. Zaman SMP
dulu sudah sering kirim cerpen ke majalah-majalah. Tapi selalu ditolak.
Alasannya karena alur kisahnya dianggap gak asik. Wah, jumlah yang dikirim
entah sudah berapa puluh naskah. Tapi gak pernah menyerah. Ditolak tetap saja
kirim lagi-kirim lagi.
Sampai dibangku SMA, akhirnya coba-coba kirim surat pembaca ke sebuah
majalah. Waktu itu nama majalahnya majalah Muslimah. Lha, kok sekali kirim
langsung dimuat. Padahal surat pembaca lho ya. Ungkapan isi hati. Bukan hasil
daya imaji.
Nah, berangkat dari situlah akhirnya saya sadar diri bahwa saya tidak punya
kemampuan bergelut di fiksi. Daya khayal saya sangat payah. Akhirnya, saya
mulai berkirim ke majalah lagi dan bukan cerpen atau cerbung lagi yang dikirim
melainkan artikel. Ternyata membuahkan hasil. Artikel saya dimuat. Sejak itulah
saya tahu bahwa passion saya bukan di fiksi melainkan non fiksi. Dan itu yang
saya pelajari terus sampai hari ini.
Itu juga sebabnya mengapa saya memberanikan diri mencoba ikut audisi
storycake waktu itu. Karena storycake bukan berisi daya khayal tetapi
kisah-kisah nyata yang dialami penulis di dalam kehidupannya yang diharapkan
mampu menjadi inspirasi bagi orang lain yang membacanya. Dan Alhamdulillah
lolos. Walaupun hanya beberapa saja dari sekian banyak tema. Karena
persaingannya memang ketat. Penulis yang ikut jumlahnya banyak dan kualitas
mereka sudah memiliki jam terbang tinggi. Tapi saya tetap mencoba, karena saya
merasa... passion saya memang disini selain desain grafis tentunya.
Saya mencoba audisi naskah storycake bukan karena merasa ujub yakin bisa
lolos tetapi hati saya yang tergerak menyuruh saya untuk mencobanya. Terlebih
saat itu, semangat juang yang ditularkan penulis lain membuat saya ikut hanyut
dalam semangat. Walau baru sekelas buku antologi, namun saya merasa senang sebab saya sudah mulai meninggalkan jejak-jejak sejarah dalam hidup saya yang saya persembahkan untuk anak-anak dan keluarga saya kelak. Mungkin bagi orang lain hal ini terlihat biasa, namun bagi saya luar biasa. Ada juga yang mengistilahkan penulis Wannabe. Apapun istilahnya, saya suka menulis dan saya akan terus mengukir sejarah untuk diri saya pribadi.
"Kok milih jadi penulis sih mbak? Karyawan swasta lebih menjanjikan, lho! Penulis bukan profesi. Karena tidak menjanjikan apapun. "
"Kok milih jadi penulis sih mbak? Karyawan swasta lebih menjanjikan, lho! Penulis bukan profesi. Karena tidak menjanjikan apapun. "
Well, apapun profesinya itu adalah pilihan. Dan pilihan saya jatuh pada
bidang ini. Tak memiliki pendapatan tetap seperti orang gajian? Tahukah kamu?
Saya mendapatkan tambahan income dari hasil menulis. Saya sudah merasakannya
sendiri. Walau belum seberapa besar, namun saya membuktikan bahwa penulis tetap
menghasilkan. Selain itu, tujuannya satu. Bahwa ketika kelak kita sudah tiada, masih ada jejak-jejak sejarah yang kita tinggalkan melalui tulisan ini.
Saya juga sudah mencoba mengajukan puluhan outline judul buku, namun seolah masih tertahan sebab belum mendapatkan kabar baik. Dan ini kali kedua buku solo saya InsyaAllah semoga lancar untuk terbit.
Peluk hangat untuk teman-teman penulis. Tularkan virus kalian agar saya tetap semangat dalam berkarya. Aamiin.
No comments:
Post a Comment