Dari grup IIDN ini pula, aku mengenal IIDB. Aku pun turut serta menjadi anggota IIDB. Hingga suatu ketika, saat aku iseng-iseng membuka grup, kebetulan saat itu sedang digelar kuis bisnis oleh Ari Kurnia. Kesempatan itu tidak aku sia-siakan. Aku ikut serta dalam kuis tersebut. Walau tak menang, namun ternyata artikel yang dikirimkan dijadikan buku antologi berlabel
Storycake of Mompreneur oleh Beliau. Wow, sungguh kabar mengejutkan sekaligus membahagiakan. Ini kali pertama naskahku masuk dalam buku antologi. Memang dasar sudah punya impian dari dulu ingin jadi penulis, ternyata dari grup ini impianku terwujud. Dari situlah awal mula aku aktif dan semangat menengok grup serta mengikuti audisi-audisi antologi yang di
share. Alhamdulillah, naskahku lolos lagi untuk antologi
Storycake for Amazing Rezeki. Walau begitu, bukan berarti setiap audisi antologi yang kuikuti berhasil sukses lolos seleksi. Ada juga naskahku yang ditolak sang PJ. Namun, itu tidak lantas menyurutkan semangatku untuk terus menulis.
Beberapa kali diadakan pelatihan menulis
online, aku selalu absen. Lantaran biaya pendaftaran terbilang mahal. Aku kesulitan mendapat suntikan dana karena suamiku sulit sekali dirayu dengan rayuan pulau kelapa. Alhasil, aku hanya bisa manyun. Sebab, suami terbilang orang yang melihat segala sesuatu berdasarkan manfaat. Ia menganggap hal itu tak membawa keuntungan apa-apa buatku. Hanya sekedar buang-buang waktu, uang dan tenaga. Namun walau begitu aku
kekeuh pada pendirian. Aku yakin bahwa suatu saat aku bisa menghasilkan buku solo sendiri. Aku ingin diakui bahwa pilihanku adalah yang terbaik dan bukan sekedar main-main. Setiap pelatihan penulisan
online dimulai, setiap itu pula aku pasang rayuan maut untuk suami semanis mungkin. Namun lagi-lagi hasilnya nihil. Dan aku hanya bisa mencibir.
Di wadah ini aku peroleh banyak info dan input penulisan dari berbagai sumber sekaligus pakarnya langsung. Alhamdulillah, sudah beberapa artikel/naskahku yang dimuat di tabloid dan majalah. Target prioritasku kali ini adalah harus bisa tembus ke surat kabar. Selain itu, ingin juga bisa menerbitkan buku solo. Ya, walaupun untuk buku solo, nyaliku belumlah seberapa. Masih rada jiper dibuatnya. Masih banyak yang belum aku ketahui dalam setiap prosesnya. Aku beruntung bisa bertemu dengan teh Indari Mastuti, teh Lygia Pecanduhujan dan teh Roza Rianita yang memiliki semangat super sebagai seorang wanita sekaligus ibu. Hingga aku bisa menculik banyak ilmu dari mereka.
Tak hanya grup ini yang aku ikuti. Ada banyak lagi grup dimana aku tercatat sebagai anggota. Namun, yang aku ikuti secara aktif hanya beberapa grup saja. KEB pun termasuk salah satu yang aku ikuti. Perkenalan KEB dari seorang teman bernama Palupi Jatuasri, yang merupakan salahsatu anggota di KEB. Sosoknya aku kenal sebagai teman suami. Kebetulan mereka pernah satu sekolah di bangku SMA. Sudah beberapa kali ia mengenalkan KEB, namun aku masih enggan menengok grup ini. Wah, dari namanya saja sudah nyentrik. Kumpulan Emak-emak Blogger. Dalam batinku, apa tak bisa diubah jadi bunda, wanita, mama, mommy, mom, ibu, atau apalah. Mengapa harus emak? Tapi ketika aku akhirnya mengibarkan bendera putih pada egoku, ternyata komunitas ini tak hanya sekedar komunitas. Tak hanya sekedar ajang narsis tanpa edukasi. Sungguh sebuah grup yang membanggakan anggotanya. Kiprahnya di dunia maya tak semuda usia dibentuknya. Gaungnya sudah terdengar tak hanya di dunia maya, namun juga di dunia literasi.

Bagiku, mengikuti banyak grup layaknya tambal sulam. Ketika satu grup tak ada
event, maka kita bisa mengikuti dari grup sebelah. Bisa dibilang keberadaannya saling mengisi satu sama lain. Dari informasi grup KEB, aku berhasil meraih juara ke-2
blog contest yang diadakan
Mead Johnson dan memperoleh
Blackberry gratis sebagai hadiahnya. Saat itu, KEB menginfokan
event Gathering with Mead Johnson. Dan aku lantas tak menyia-nyiakannya. Awal bergabung, aku belum memiliki blog, tak ayal Makpon Mira Sahid menjewerku dan menyemangati untuk membuatnya. Sebuah jeweran berguna layaknya kasih sayang emak pada anaknya. Dibantu dengan suhu Arin Murtyarini yang dengan sabar mengajari. Alhasil aku sukses membuat blog. Dari situ, aku seperti anak kecil yang baru dibelikan mainan, blog selalu aku lihat perkembangannya setiap waktu. Memposting sesuatu seperti hobi baru bagiku. Galau rasanya ketika hampir 1 minggu aku tidak memiliki waktu untuk membuat postingan baru.
Setiap kali
event yang diadakan dari masing-masing grup dan membawa berbagai
goodybag serta hadiah-hadiah lainnya hasil dari
doorprize, tak lupa pula perkembangan ilmu yang selalu baru untuk dijadikan salah satu bahan perbincangan dengan suami, membuatnya mulai merestui langkahku. Ia melihat aku begitu senang dan enjoy menikmati itu semua ditengah kesibukan sebagai
freelancer desain grafis serta ibu rumah tangga.
Ditambah, ia ikut senang begitu naskahku dimuat, kisah-kisah puteri kecil kami ikut nampang di tabloid, serta bingkisan dan pundi yang mampir ke rekening dan alamat rumah kami kerap kali hadir setiap bulannya. Bahkan dalam sebulan, bisa datang beberapa paket untukku. Ia pun mulai mengakui pilihanku. Belum lagi, ketika mertuaku menyatakan kebanggaannya padaku dan si kecil. Dengan munculnya ia di tabloid, menjadi penawar obat bagi kerinduan mereka pada cucunya.
Selain itu, aku juga dipercaya untuk berbagi ilmu desain grafis dengan para ibu-ibu lainnya di grup IIDN. Sebuah kepercayaan yang sulit aku yakini hingga sekarang namun terus aku jalani dengan senang hati. Kok bisa ya aku diizinkan mengisi kelas desain di grup sehebat ini? Padahal kualitas dan ilmuku masih teramat dangkal. Aku pun kerap dihinggapi kegalauan ketika dari peserta kesulitan mengikuti kelasku. Aku mulai
share dan meminta masukan pada teh Indari untuk memperbaiki cara mengajarku agar mudah diikuti peserta.
Kini, tak ada lagi penghalang bagiku untuk melangkah. Suami mendukung 100% untuk pilihanku. Bahkan, ia tak segan-segan rela cuti untuk menemaniku menghadiri
event-event tertentu. Pelatihan apapun yang sekiranya memberikan manfaat untuk ilmu dan wawasan, ia dukung sepenuhnya. Dan aku ingin membuktikan bahwa pundi yang dikeluarkan takkan menjadi sia-sia. Ah, senangnya. Mungkin ini bagian dari menuju pintu kesuksesan. Tak ada yang mudah dalam meraihnya. Tak ada yang mudah semudah membalikkan telapak tangan. Semua membutuhkan proses, dan kita harus siap dengan proses itu serta terus bersemangat dan pantang menyerah.
Masa depan... Aku dataaang...!!