Friday 26 December 2014

GARA-GARA TAS GEREK


Dokumentasi milik pribadi
Sudah 3 hari Aira demam tinggi. Sudah diberi obat penurun panas, obat kompres, dan obat daya tahan tubuh, tetap saja tak ada perubahan. Panas tubuhnya masih tak mau turun. Akhirnya pagi ini kami sepakat membawanya ke dokter. Baru 3 hari sakit, berat badannya turun 0,7 kg. Ah, alamat harus ekstra perhatian untuk mengembalikan kembali berat badannya.
Sepulang dari dokter Aira berujar,
"Ma, Aya mau ikan lele. "
"Ikan lele? Oke deh. Nanti kita beli, ya." Sahutku sambil mengelus keningnya yang panas. Matanya terlihat begitu sayu.
 
Akhirnya kami pun keliling mencari lele. Ajaibnya, lele yang biasanya sangat mudah dicari mendadak jadi sulit ditemukan. Sampai-sampai kami harus berputar-putar ke setiap rumah makan baik warteg maupun rumah makan padang agar dapat ikan berkumis itu. Dan hasilnya nihil. Beli mentah tak ketemu, beli matang pun tak dapat.
 
"Gimana, ma? Mas udah harus masuk kerja nih." Seru suami padaku.
"Ya, udah. Berangkat aja. Kita ngikut sampai depan aja, ya. Mau nyoba nyari ke pasar Palmerah." Sahutku.
"Oke, deh." Dan suami pun mengantarkan aku dan Aira ke lokasi. Sambil pamit berlalu untuk berangkat kerja.
 
Sesampainya disana, ku ingat untuk membeli kado untuk ulangtahun keponakanku yang memang ia ingin sekali punya tas troli. Akhirnya aku mengajak Aira mampir sebentar ke toko tas hanya untuk menanyakan harganya. Awalnya sih hanya ingin tahu harganya. Karena uang yang aku bawa tak terlalu banyak. Tiba-tiba saat aku sedang memilih tas, Aira mulai ngamuk meminta dibelikan tas troli juga.
 
"De, nanti aja ya belinya. Mama beli buat dede Abel dulu. Buat Aira, kita cari lele aja. Kan katanya mau makan lele?" Bujukku padanya.
"Nanti aja Ma lelenya. Aya mau tas kayak gitu aja. "
"Lho, piye tho? Nanti gak dibeliin lele, nangis."
"Gak, deh. Aya gak nangis. Aya mau tas itu aja. Kayak dedek Abel."
Gubrak! Aku tepok jidat dibuatnya. Akhirnya, aku terpaksa membeli dua buah tas troli.
 
Setelah dibelikan, Aira meminta pulang.
"Ma, pulang yuk. Aya mau bobo."
"Kenapa? Aya pusing lagi? Kita makan dulu ya. Abis itu minum obat, trus tidur." Pintaku.
Dia pun mengangguk. Selesai kami makan, kami pun pulang. Dan ia menurut mengikuti instruksi untuk minum obat dan lanjut tidur. Ternyata tidurnya begitu lelap. Sorenya begitu ia bangun, ku lihat wajahnya sudah lebih fresh.
 
"Aira udah sembuh?" Tanyaku padanya sambil memegang keningnya yang sudah tak panas lagi.
"Udah, Ma. Aya udah sembuh. Kan udah dibeliin tas gerek."
Dan ku lihat ia senang sekali dan memainkan tas pinknya tersebut.
 
Sampai menjelang malam, ku lihat ia sudah kembali aktif bermain dan berteriak-teriak. Tasnya tak lepas dari genggamannya.
 
Oalah, dek. Capek-capek ke dokter, ternyata obatnya tas troli. Ampun, deh...

Thursday 25 December 2014

TAHI LALAT

Dokumentasi milik pribadi
Saat sedang asyik bercanda dengan Aira, puteriku yang yang belum genap 4 tahun, tiba-tiba Ia memperhatikan tahi lalat di atas bibirku. Kemudian Ia nyeletuk,

 "Ma, itu kuman ya?!" Tunjuknya pada tahi lalat yang menghias wajahku tepat di atas bibir.
Aku agak heran, kok bisa-bisanya dia berfikir kalau tahi lalat ini kuman?!
"Bukan, nak. Ini namanya tahi lalat." Ujarku menjelaskan.
"Kok ada ee laletnya sih? Kan jadi kotor! Kalo kotor itu kuman!" Katanya menjelaskan. 
"Tahi lalat itu bukan kotoran, nak!"
"Ihhh, bau!" Teriaknya lagi.
"Bukan, nak. Tahi lalat gak bau! Karena bukan kotoran lalat beneran!" Seruku menjelaskan.
"Terus, itu boongan? Kok nempel terus si
h?! Ndak mau lepas?!" Ujarnya lagi.
"Kotoran lalat sama tahi lalat itu beda, nak!" Belum selesai aku menjelaskan, Aira sudah berujar lagi,
"Trus, kotoran Aya sama e* (pups) Aya beda?!"
Gubrak! Itu sih SAMA....

 
Hmmm, kayaknya harus komplain nih sama yang memberi nama tahi lalat! Kenapa dikasih nama tahi lalat, ya?! Si emak kan jadi garuk-garuk kepala! Hehehe...

Wednesday 24 December 2014

IZINKAN AKU SELINGKUH

#Part 02
 
Sore harinya Dhani benar-benar menjambangi kediamanku. Tepat pukul 16.00, ia tiba di teras rumah. Dari dalam kamar, ku dengar suaranya yang tengah bercakap-cakap ringan dengan bi Sum di serambi rumah. Bergegas ku rapikan dandananku dan ku sisir ulang rambutku yang panjang terurai. Langsung ku hampiri sosoknya di luar. Dhani mengembangkan senyum begitu melihat sosokku yang sudah berada di pintu.
 
"Sudah selesai antar barangnya?" Sahutku sambil mempersilakannya duduk.
Dhani adalah seorang pebisnis elektronik. Bisnisnya sudah dilakoni sejak 10 tahun silam. Tepatnya sejak dibangku kuliah. Walau sudah memiliki banyak karyawan, namun ia tak segan-segan mengantarkan orderan customer bila ada karyawannya yang kewalahan melayani repeat order. Sosoknya yang hangat dan ramah membuat usahanya terus berkembang pesat hingga memiliki cabang di beberapa daerah. Namun ia tak pernah menganggap dirinya sosok yang hebat atau bos. Ia selalu rendah hati dan begitu perhatian pada seluruh karyawannya hingga membuat karyawannya betah bekerja padanya.
 
Selain itu, Dhani adalah sosok yang sangat romantis. Ia sering menghujaniku dengan kejutan-kejutan kecil yang membuatku sulit melupakan semua tentangnya. Ya, Dhani adalah sosok yang dulu pernah singgah dalam kehidupanku. Ia adalah seorang kekasih yang sangat mengerti akan perasaan pasangannya. Sosoknya yang peduli, lemah lembut dan baik membuatku begitu sangat mencintainya. Ia mampu menempatkanku di posisi teratas layaknya ratu. Rasanya tak ada wanita yang tak merasa bahagia diperlakukan seperti itu.
 
Namun itu adalah kisah masa lalu yang harus aku kubur dalam. Aku kini sudah resmi menjadi isteri dari seorang karyawan swasta bernama Elang. Sosok yang memiliki karakter berbeda 180 derajat dari pribadi Dhani. Sosok yang tak pernah aku cintai secara tulus. Sosok yang harus aku hormati dengan paksaan.
 
"Sudah. Kebetulan rumah customerku cuma beda beberapa blok dari sini. Makanya aku sekalian mampir." Sahutnya sambil menghempaskan tubuhnya di kursi rotan beralaskan matras kecil tepat di sampingku.
"Ohiya, ini aku bawakan martabak telur kesukaanmu. Telurnya 4. Spesial gak pakai acar." Serunya sambil menyodorkan kantung plastik putih padaku. Aku tersenyum. Rupanya ia masih sangat hafal dengan makanan kesukaanku. Ketika aku hendak beranjak ke dalam, bi Sum sudah keluar sambil membawakan 2 gelas air mineral dan sebuah mangkuk kecil.
"Ini air putihnya, mas Dhani. Dan ini mangkuk kecilnya." Seru bi Sum sambil meletakkan di atas meja di hadapan kursi rotan yang kami duduki.
"Lho, kok bi Sum tau kalau aku mau ambil mangkuk kecil ke dalam?" Tanyaku pada bi Sum.
Sambil tersenyum bi Sum berujar, "Iya, tadi mas Dhani yang bilang kalau bawa martabak telur kesukaan non Adeena. Dan minta dibawakan mangkuk kecil untuk wadah cukanya. Plus, air mineral karena non Adeena gak suka makan martabak telur kalau tidak ditemani air mineral dingin. Begitu pesannya mas Dhani tadi." Jelas bi Sum padaku.
 
Ah, Dhani. Masih sangat jelas ingatannya tentang kebiasaanku. Bagaimana aku tak tersanjung dibuatnya? Astaghfirullah... aku tetap harus tersadar bahwa aku kini milik oranglain. Dan harus bisa melupakan perasaanku padanya.
 
"Kamu sudah bilang sama Elang 'kan kalau aku main kesini?" Tanya Dhani. Aku kikuk. Martabak telur yang tengah ku gigit nyaris membuatku tersedak.
"Din, kamu gak apa-apa?" Tanyanya lagi sambil menyodorkan minuman padaku.
 
Bersambung
 

IZINKAN AKU SELINGKUH

#Part 01

Malam itu, tak seperti malam biasanya. Kami hanya saling membisu tanpa kata. Hening. Hanya terdengar suara jangkrik sesekali yang nyaring dari luar rumah. Bosan rasanya jika harus begini-begini saja. Aku butuh kepuasan. Tak hanya dirimu.
Lama kami larut dalam diam. Dan seolah egois diri memaksa kami untuk tetap bungkam tanpa ada yang mau memulai percakapan. Dan malam itu benar-benar dilewati dengan kebisuan.
...
Esok paginya, seperti pagi-pagi lainnya aku menyiapkan sarapan kesukaan suamiku. Nasi goreng sapi dengan sedikit pedas. Mungkin tingkat kepedasannya hanya level 2. Tak lupa segelas susu hangat dan aku letakkan di meja makan. Pagi itu aku sengaja tak menemaninya sarapan. Aku kembali ke dalam kamar, menarik selimut, dan tidur.

Siangnya aku terbangun. Ku lirik jam beker di meja sisi tempat tidur. 10.47. Oalah... ternyata aku benar-benar tertidur. Aku pun bergegas keluar kamar dan menuju ruang tamu. Sepi. Ku lihat serambi rumah, sudah tak ada motor suami disana. Akupun melangkah ke dapur. Ups, masakan yang aku sajikan tadi pagi ternyata tak tersentuh. Masih utuh dan sudah dingin. Aku hanya bisa menarik nafas sejenak. Berusaha menenangkan diri menahan emosi.

Tiba-tiba telepon genggamku berbunyi dari dalam kamar. Buru-buru ku hampiri dan melihat siapa yang meneleponku. Sebuah nama yang sudah aku kenal lama tertera di layar telepon selular itu. Dhani. Ah, mengapa setiap kali aku gundah dan gelisah sosoknya yang selalu ada? Dengan sedikit malas aku angkat telepon itu.

"Hai, Din. Lagi ngapain? Suamimu sudah berangkat kerja? Aku mau antar barang ke daerah Serpong. Niatnya sih sekalian mampir ke rumahmu. Tapi kalau suamimu ada. Kalau gak ada, aku gak jadi mampir. Takut jadi fitnah." Berondongnya begitu telepon diangkat.
"Gak apa-apa. Kalau mau mampir, mampir saja. Ada bi Sum yang menemaniku. Jadi gak perlu khawatir ada fitnah segala. Nanti aku izin sama suamiku kalau kamu mau datang." Sahutku tanpa semangat.
"Kamu sakit, Din? Kok kayaknya kurang semangat gitu suaranya? Biasanya heboh?" Tanya Dhani diseberang sana.
"Gak apa-apa. Cuma sedikit pusing." Keluhku.
"Sudah dibawa ke dokter? Aku antar ya?"
"Gak usah. Aku gak apa-apa kok."
"Serius?"
"Iya... "
"Ya sudah kamu istirahat saja. Nanti aku mampir kesana untuk mengecek kondisimu. Sudah dulu ya. Assalamualaikum."
"Waalaikumussalam." Ku tutup telepon itu. Aku menarik nafas sejenak. Entah mengapa, terasa ada beban dihati. Tiba-tiba suara bi Sum membuatku sedikit terkejut dan membuyarkan lamunanku.

"Non Adeena, mau bibi masakkan air hangat gak untuk mandi?" Serunya dari depan pintu kamar. Aku menoleh dan menggeleng kuat.
"Gak usah, bi Sum. Sudah siang kok. Bi Sum nyetrika saja. Jangan lupa isi perut bibi dulu. Biar gak sakit." Ujarku dan berlalu dari hadapannya menuju kamar mandi yang terletak disudut ruang kamar.

Bersambung

Sunday 21 December 2014

RESEP TELUR TEPUNG YANG MURMER

Dokumentasi milik pribadi
Sebagai ibu rumah tangga, memperhitungkan biaya pengeluaran sehari-hari sudah menjadi keharusan dan mutlak untuk dimiliki. Terlebih untuk saat ini, taraf hidup semakin mahal saja. Untuk itu, sebagai ibu rumah tangga sudah selayaknya selalu memutar otak untuk menekan seminim mungkin pengeluaran. Salah satunya ialah dengan menghemat dalam hal kebutuhan makan. Berikut ini saya berikan secuil resep sederhana yang bisa dijadikan salah satu alternatif dalam menghemat pengeluaran. Bagi anak-anak atau ibu yang biasa 'nongkrong' di Sekolah Dasar, makanan ini mungkin sudah tidak asing lagi. Simak ya.
 
Bahan-bahan yang diperlukan :
Terigu 100-200 ml
1 butir telur
Air secukupnya
Garam dan gula
 
Cara membuat :
Campurkan semua bahan pada wadah, buat adonan hingga encer. Kemudian, panaskan wajan cetak berisi 4 cetakan atau 10 cetakan seperti wajan yang biasa digunakan tukang jajanan SD. Tuang sedikit demi sedikit adonan. Masak hingga matang. Sajikan. Untuk 1 butir telur dapat menghasilkan 1 piring telur tepung yang bisa dijadikan lauk untuk makan ataupun camilan dikala senggang.
 
1 porsi bisa untuk 1-3 orang
 
Catatan. Kudapan ini bisa dijadikan alternatif teman makan nasi yang sangat hemat dan murah meriah. Namun bila anda ingin berkreasi, bisa ditambahkan daun bawang ataupun irisan bawang bombay dan parutan keju. Serta ditemani sebotol saus tomat ataupun mayonais. Namun, tentu saja dengan tambahan bahan ini anda perlu merogok kocek yang lebih besar.
 
Selamat mencoba.
 

Saturday 20 December 2014

NASI BAKAR TERI NASI BUATAN MAMA AIRA

Gambar/dokumentasi milik pribadi
Nasi bakar merupakan menu favorit suami dan menjadi pilihan menu andalan saat makan di luar rumah. Bisa dibilang kami memiliki lokasi khusus untuk wisata kuliner dengan kocek yang lumayan murah. Awal mula membuat nasi bakar bisa dikatakan sebagai aksi nekat saya. Jujur saja, tanpa mengetahui bagaimana cara membuatnya, saya melakukan eksperimen.
Saya ingat, suatu kali suami pernah berkata ingin sekali makan nasi bakar lagi. Hanya sayangnya, untuk merealisasikan mencicipi hidangan lezat itu dengan membelinya di tempat biasa cukup merogoh kantong tergolong lumayan banyak disaat kondisi keuangan menipis. Untuk 1 porsi nasi bakar dibandrol dengan harga 25ribu rupiah. Sementara, suami tak pernah cukup dengan hanya menikmati 1 porsi saja. Bila membeli minimal 2 porsi sudah harus mengeluarkan 50ribu rupiah untuk sekali makan. Dan apakah selama satu hari itu kami hanya sekali makan? Andai keadaan kondisi keuangan berlebih, mungkin uang sebesar itu tak menjadi bahan pemikiran panjang. Tapi jika kondisi kantong mepet? Ah, rasanya tak perlu berfikir 100kali lagi untuk membelinya. Tentu sudah dipastikan jawabnya, tidak!
Antara ingin memanjakan perut suami dengan memerhitungkan jumlah dana yang tersedia, akhirnya saat itu saya memutuskan untuk membuatnya sendiri di rumah. Seperti kebanyakan orang berkata bahwa setiap masakan tentu terasa nikmat dan mantap bila dibuat dengan penuh cinta dan ketulusan. Ahay, terdengar hiperbola sepertinya. Namun saya yakin akan hal itu. Maka, pagi itu saya melajukan motor menuju pasar di dekat rumah. Dan saya juga baru tahu bahwa untuk seikat daun pisang yang berisi beberapa lembar daun hanya dihargai 2000 rupiah saja. Wah, senangnya saya kala itu. Kemudian saya kembali berburu bahan lainnya. Kali ini saya terfikir teri nasi. Suami yang sangat suka dengan teri nasi membuat saya yakin bahwa nasi bakar buatan saya nanti tentu akan disukai olehnya. Dengan bermodalkan 4500 rupiah saya dapatkan sekantung teri nasi. Tak lupa saya membeli tempe seharga 3000 dan tahu dengan nominal yang sama. Sebagai pelengkap, saya beli 1 buah timun. Namun karena saya hanya membeli 1 buah, maka oleh si ibu pedagang, timun itu diberinya tanpa perlu saya bayar. Bahkan saya memperoleh 2 buah. Alhamdulillah.
Setelah melihat-lihat bahan belanjaan saya, akhirnya saya pulang. Saya tak perlu membeli bumbu dapur karena di tiap awal bulan saya memang kerap menyetok bahan-bahan tersebut dengan alasan bahwa bumbu dapur akan selalu terpakai dan awet hingga berbulan-bulan.
Sesampainya di rumah saya mulai mengolah bahan belanjaan. Saya terfikir membuat tempe dan tahu bacem. 1 tempe berukuran persegi dengan panjang sekitar 10cm tersebut saya potong menjadi 2 bagian. Begitupun dengan tahu. Tempe dan tahu sisa paruhan itu saya simpan ke dalam wadah dan dimasukkan ke lemari es untuk diolah esok harinya. Dengan cara ini lumayan dapat menghemat pengeluaran. Begitu saya membuka persediaan bumbu dapur, aha! Ada sebutir bawang bombay besar disana. Saya pun menjadikan benda satu itu sebagai bahan masakan saya. Suami memang gemar sekali dengan bawang bombay. Hampir semua masakan saya tambahkan bawang bombay. Selain untuk membuat suami suka, benda ini juga mampu menambah cita rasa tersendiri.
Cara mengolah nasi bakar terlebih dahulu saya cuci bersih beras. Kemudian saya masukkan mesin penanak nasi dengan dibumbuhi bumbu-bumbu seperti garam dan sedikit gula, minyak sayur, teri nasi, irisan bawang bombay dan tentu saja air. Seperti memasak nasi biasa, tinggal 'jeklek', dan tunggu hingga matang. Sambil menunggu nasi matang, saya siapkan daun pisang yang akan dibakar. Kemudian saya mulai mengolah tahu dan tempe yang akan dibacem dan sudah dipotong menjadi beberapa bagian. Nasi matang, tempe dan tahu bacem pun siap. Saya mulai memasukkan nasi ke dalam daun yang sudah dibersihkan dan sedikit dibakar untuk melemaskan daun agar mudah dilipat. Lalu mulailah membakarnya pada kompor. Saat itu saya tidak memiliki alat bebakaran. Maka, saya gunakan teflon tanpa diberi minyak atau margarin. Setelah dirasa warna daun sudah matang diolah, baru saya bakar langsung pada tungku kompor sebentar hanya untuk mendapatkan warna bakaran daun. Semua siap. Tinggal iris timun, selesai. Saat itu satu hal saya lewatkan. Sambal! Buru-buru saya buat sambal sebagai pelengkap. Dengan memanfaatkan blender, membuat bumbu menjadi mudah tanpa harus menguleknya yang tentu saja membutuhkan waktu lebih lama.
Begitu waktu makan, melihat anak dan suami menikmatinya dengan lahap tentu membuat saya sangat bahagia. Suami pun nambah lagi dan lagi. Saya hitung-hitung, rasanya untuk membeli daun dan bahan lain di pasar hanya mengeluarkan dana 12500 rupiah saja. Beruntungnya karena timun dan bawang bombay tidak perlu dibeli serta bumbu lainnya karena memang masih ada persediaan di dapur. Namun kalaupun memang tidak ada dan harus membeli rasanya dengan uang 1 porsi itu bisa menghasilkan nasi bakar berporsi-porsi. Maka jadilah kami makan nasi bakar selama satu harian itu. Terbayang sudah jika harus membelinya di luar. Bisa jadi uang sebesar 75ribu rupaih pasti ludes hanya untuk 3 porsi nasi bakar. Dan itu tak cukup mengganjal perut kami selama satu hari penuh.
Saya tahu, cara memasak nasi bakar tersebut berbeda dari yang biasa kami beli. Dan saya pun tak tahu pasti bagaimana mereka membuatnya. Namun saya selalu berpedoman bahwa dalam memasak tak pernah ada kata salah. Kata tersebut hanya membuat kita takut untuk melakukan eksplorasi diri dalam menciptakan makanan. Walau terkadang dianggap 'nyeleneh' akibat berbeda dari kebiasaan, namun saya menganggap selama tidak menimbulkan keracunan makanan dan tidak membahayakan yang mengonsumsi, kenapa tidak bila berbeda? Sebenarnya bukan karena ingin berbeda, dan bukan pula karena pandai memasak, namun hanya untuk memanfaatkan bahan yang ada tanpa mengeluarkan biaya baru atas nama penghematan sehingga membuat saya harus memutar otak untuk berani berinovasi dan berkreasi menghasilkan sebuah menu dengan bahan seadanya. Sebab, sebagai seorang istri sekaligus ibu dan yang mengelola keuangan, rasanya cara itu memang perlu diterapkan agar keuangan kami tidak morat-marit.   
Nah, itu nasi bakarku. Bagaimana nasi bakarmu?    

Friday 19 December 2014

NIKMATNYA MINUM KELAPA HIJAU

Aku dan Anakku, Aira termasuk kelompok penggila kelapa hijau. Sejak kecil hingga sekarang, Aku selalu menyempatkan waktu untuk menikmati hidangan segar ini setiap harinya. Rasanya ada yang kurang bila dalam waktu relatif lama tidak mengkonsumsinya. Seperti kecanduan rasanya. Semenjak aku hamil hingga puteriku lahir dan tumbuh seperti saat ini, kebiasaanku menyantap kelapa hijau tidak pernah hilang.

Dulu semasa hamil, banyak yang menegur dan menyarankan untuk menghentikan kebiasaan minum kelapa hijau saat janin masih berusia muda. Mitosnya, kalau rahim tidak kuat dapat mengakibatkan sang janin keluar lagi alias keguguran karena licin yang ditimbulkan oleh air kelapa hijau tersebut. Larangan itu akan bebas bila usia kandungan setidaknya sudah lebih dari empat bulan. Lepas dari benar atau tidak, aku tetap saja mengkonsumsinya dan yakin bahwa semua itu hanyalah mitos belaka dan kehidupan sebuah janin bukan terletak pada apa yang kita makan, namun atas campur tangan Tuhan.

Terbukti selama awal kehamilan, tak ada keluhan signifikan yang aku rasakan diakibatkan memakan kelapa hijau. Aku pun tertarik lebih dalam untuk mengenal lebih jauh tanaman tropis yang satu ini. Dari hasil searching, ternyata manfaat tanaman ini banyak sekali. Misalnya saja mengapa kita menjadi segar kembali setelah meminum air kelapa hijau, itu disebabkan adanya kandungan mineral yang berfungsi sebagai pengganti ion tubuh. Buah ini juga digunakan sebagai bahan pengobatan dan kecantikan.

Dari segi pengobatan, air kelapa hijau dapat memperlancar pengeluaran air seni, dan mengatasi dehidrasi. Selain itu, Ia juga dapat mengatasi gangguan pencernaan, sembelit, disentri, panas dalam, penetral racun, demam berdarah, membantu sistem kekebalan tubuh, dan pengatur tekanan darah.  

Sedangkan manfaatnya untuk kecantikan yaitu, air kelapa hijau mampu membantu menurunkan berat badan,  menghilangkan jerawat, noda-noda hitam pada wajah, kulit kering, mencegah kerutan, menghaluskan kulit wajah hingga terlihat berseri-seri, serta mencegah timbulnya rambut beruban.
Sementara untuk anak Batita, air kelapa hijau sangat aman dikonsumsi. Dapat menghilangkan gangguan cacing dalam perut dan sangat baik ­sebagai asupan makanan anak. Kandungan vitaminnya pun beragam dimana vitamin C lebih dominan. Selain vitamin, terdapat pula kandungan asam folat, zat besi, kalsium dan enzim.

Mengetahui manfaatnya, membuatku semakin gemar  mengkonsumsi air kelapa hijau yang nikmat itu. Dari sebuah tanaman, semua organ dapat digunakan  mulai dari buah, air, batang, akar, daun, batok, semuanya. Setidaknya, ada satu hal yang aku tangkap bahwa dari satu tanaman saja, Ia mengajarkan seribu manfaat hingga keberadaannya berguna untuk khalayak ramai dan itu memberiku inspirasi tentang arti berbagi, mencintai, berkorban dan berbuat baik sekecil apapun.

Jadi, apakah kalian penggemar air kelapa hijau? Kesegaran yang ditawarkan mampu mengalahkan softdrink manapun. Seggaaarrrrr…. ***

Sumber : http://duniabaca.com/berbagai-manfaat-air-kelapa-muda-bagi-kesehatan.html,

http://www.eocommunity.com/showthread.php?tid=21346

BESTIE

Dari sekian banyak teman yang saya miliki, mungkin hanya satu sosok manusia ini nih yang paling nge-klik. Sebab, cuma dia yang berani bicara...